Ketua Umum JPIP Bilang untuk Jadikan Sektor Furnitur Jadi Industri Raksasa Asalkan Ada Keberpihakan Politik Pemerintah

Ketua Umum Jaringan Pemerhati Industri dan Perdagangan (JPIP), Lintong Manurung

 

Ketua Umum Jaringan Pemerhati Industri dan Perdagangan (JPIP), Lintong Manurung

JAKARTA (Tilongkabilanews.id)- Seorang pensiunan dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang juga sebagai pemerhati   industri dan perdagangan belakangan ini, dia merasa gusar terhadap keberadaan hutan –hutan tropis di tanah air yang semakin memprihatinkan. Namun tidak hanya persoalan hutan saja yang menjadi sorotannya, tetapi juga tentang seniman kayu yang terlupakan, tentang mimpi Indonesia sebagai raksasa furnitur dunia yang tertidur pulas.

Bacaan Lainnya

Adapun pensiunan ASN (Aparatur Sipil Negara)  dan pejabat di Kemendag yang dimaksud yang kini sebagai Konsultan sekaligus Ketua Umum Jaringan Pemerhati Industri dan Perdagangan (JPIP), karena merasa gundah tersebut yaitu adalah Ir Lintong Manurung MM.

Ketika berbincang dengan wartawan  Tilongkabilanews. id, Sabtu (26/7/2025), Lintong mengemukakan fakta pahit: kontribusi manufaktur terhadap PDB Indonesia yang pernah menyentuh hampir 30% di era Orde Baru, kini merosot di bawah 20%.

 “Artinya konstribsi manurfaktur sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia melemah,” ujar mantan Staf Ahli Partai Demokrat di DPR-RI.

Bagi Lintong, jalan menuju Indonesia maju berpenghasilan tinggi hanya bisa ditempuh dengan fokus pada sektor bernilai tambah tinggi, dan manufaktur adalah kuncinya.

Menurut pria lulusan Teknik Industri ITB dan Magister Manajemen UNKRIS,  diantara sektor manufaktur yang dapat memberikan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia, yaitu furnitur. Alasannya mendasar: potensi alam sangat mendukung sekali.

. “Di dunia tropis, penghasil kayu besar hanya Brasil dan kita,” papar Dewan Pakar Bidang Regulasi Perdagangan DPP HIMKI.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, keunggulan Indonesia lebih mencolok: kayu tropis tumbuh lima kali lebih cepat daripada di Skandinavia. Tapi mengapa justru negara Nordik itu yang mendominasi pasar global?

“Di situlah letak kesalahan pengembangan kita. Selama ini Indonesia hanya menjual bahan baku, bukan nilai tambah. Padahal, potensi bermain di pasar global sangat terbuka lebar,’ujar  Lintong,

Kata Lintong, produk furnitur Indonesia ini sebenarnya memiliki keunggulan, karena keberadaan para seniman yang terlibat dalam mendesain pembuatan mebel itu sendiri.

Desain furnitur Indonesia, menurutnya, adalah masterpiece yang sarat nilai seni dan estetika tinggi, jauh melampaui produk massal seperti IKEA yang ia sebut “untuk orang biasa”. Namun, keunggulan ini terhambat oleh sikap kurang menghargai di dalam negeri sendiri.

Ia menyayangkaggn furnitur di hotel-hotel internasional, bandara, bahkan kementerian, lebih memilih desain impor yang “tidak jelas”. “Kenapa tidak memperkenalkan desain dalam negeri pada tamu-tamu asing? Itu harta kita, budaya kita!” tanyanya retoris, nada suara terdengar miris.

Lintong yang juga menjabat Dewan Pakar Bidang Regulasi Perdagangan DPP Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menawarkan resep konkret untuk membangunkan raksasa kayu Indonesia.
“Kebijakan harus online dari hulu ke hilir!” tegasnya.

Kementerian Kehutanan, Perindustrian, dan Perdagangan harus satu suara menetapkan industri furnitur sebagai sektor strategis. Inkonsistensi kebijakan adalah biang kerok pelemahan industri.

Dia menegaskan  agar  kebijakan  impor furnitur untuk instansi pemerintah distop . Maksudnya semua kementerian, kantor bupati, pakai produk dalam neger tidak mengutamakan prdduk furnitur  impori!. Demikian juga fasilitasi dan promosi bagi pengusaha lokal harus jauh lebih masif, bukan sekadar pameran setahun sekali.

‘’Karena itu, pemerintah perlu memberikan insentif yang jelas dan terukur. Selain itu prioritaskan bahan baku untuk industri dalam negeri.  Demikian juga produk yang kita ekspor seharusnya barang jadi atau setengah jadi, bukan lagi bahan mentah!” tegas Lintong. Ia mencontohkan surat bersama ke Presiden yang pernah dilakukan betsama Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonedia (HIMKI) saat pandemi.

“Kenapa tidak kita lakukan lagi sekarang? Kita harus berteriak lebih keras!”ujarnya.

Pada kesempatan itu, Lintong menyampaikan,  kalau dirinya sekarang ini merasa terusik oleh keberadaan raksasa kayu yang tertidur di tanahnya sendiri.  Karena itu, dia merasa yakin, dengan keberpihakan pemerintah yang sungguh-sungguh, konsistensi kebijakan, dan kebanggaan menggunakan karya anak bangsa, furnitur Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negerinya sendiri dan raja di pasar global.

“Kita punya segalanya: bahan baku melimpah, seniman hebat, dan desain bermutu tinggi,” ujarnya penuh keyakinan. Adapun yang kita butuhkan sekarang adalah kemauan politik untuk membangunkan raksasa itu,’’pungkas Lintong (Lili)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *