JAKARTA(Tilongkabilanews.id)-Konsolidasi antara pengurus HIMKI (Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia) pusat dan daerah sangat penting dilakukan. Tujuan guna melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program kerja yang lebih aktual, fleksibel, adaptif dan implementatif.
‘’Dalam perjalanannya, membangun organisasi usaha yang besar dan kuat seperti HIMKI ini tentunya harus didukung oleh pelaku organisasi yang memiliki integritas yang tinggi dalam menjalankan roda organisasi baik pusat maupun daerah guna menjalankan visi, misi dan tujuan organisasi yang telah disepakati bersama,’’ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) HIMKI, Maskur Zaenuri pada acara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) HIMKI di Hotel Aryaduta Jakarta Kamis( 4 /12/ 2024).
Pada kegiatan Rapimnas HIMKI yang mengusung tema: “Membangun Konsolidasi Usaha yang Kondusif untuk Pertumbuhan Berkelanjutan”, Sekjen HIMKI menerangkan lebih lanjut, konsolidasi antara pengurus HIMKI pusat dan daerah ini merupakan salah satu turunan dari amanat yang tercantum dalam Garis-garis Besar Program Kerja Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia Periode 2020-2023 .
‘’Dalam Garis-garis Besar Program Kerja HIMKI itu menyebutkan amanat yang harus dijalankan pengurus HIMKI adalah membangun organisasi HIMKI yang kuat, mandiri dan bersih. Turunan dari amanat tersebut adalah konsolidasi berkala antara pengurus daerah dengan pengurus pusat untuk monitoring dan evaluasi pelaksanaan program kerja serta mengikuti perkembangan trend furnitur dan kerajinan dunia,”imbuh Maskur.
Tujuan digelarnya Rapimnas ini, kata Maskur adalah melaksanakan amanat Anggaran Rumah Tangga (ART) Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) dan mengevaluasi Program Kerja HIMKI hasil rekomendasi Rakernas dan Rapimtas sebelumnya yang akan disesuaikan dengan prioritas kebutuhan dan kondisi aktual yang berkembang.
Rapimnas ini juga, tambah Maskur yaitu dalam rangka penguatan organisasi di segala lini dan merespon tantangan yang menjadi penggangu jalannya organisasi, Rapimnas juga membahas hal-hal aktual terkait kondisi terakhir tentang situasi perekonomian global yang menyebabkan penurunnya permintaan ekspor khususnya untuk produk furniture dan kerajinan.
Menurut Maskur, hal yang telah disampaikan diatas tadi menjadi sangat penting dan kontekstual dengan kondisi saat ini.
Salah satu pondasi organisasi untuk menunjukan organisasi kuat dan memiliki bargaining position yang kuat dalam menentukan semua kebijakan terkait adalah dengan “Membangun hubungan kerja sama di tingkat internasional dan regional dengan berbagai lembaga/institusi yang terkait dengan kegiatan organisasi” seperti yang telah tersurat secara eksplisit dalam Garis-Garis Besar Program Kerja HIMKI.
‘’Untuk itu menjadi penting dilakukan konsolidasi berkala antara pengurus daerah dengan pengurus pusat guna monitoring dan evaluasi pelaksanaan program kerja yang lebih aktual, fleksibel, adaptif dan implementatif,’’tutur Maskur..
Implementasi dari program kerja yang telah disusun oleh masing-masing bidang ujar Maskur, tidak akan berjalan dan terealisasi tanpa didukung oleh pimpinan eksekutif dan staff serta tenaga ahli yang profesional untuk melaksanakan seluruh tugas dan tanggung jawab kerja dewan pengurus.
Sementara Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi dan Hubungan antar Lembaga HIMKI, Heru Prasetyo mengatakan pada kegiatan Rapimnas HIMKI berbagai persolan yang ada keterkaitan dengan industri mebel dan kerajinan pun dibahas. Pasalnya industri mebel dan kerajinan adalah industri masa depan bagi Indonesia, karena memiliki potensi pengembangan yang sangat besar, baik dari sisi bahan baku, sumber daya manusia, maupun serapan pasarnya.
‘’Industri mebel dan kerajinan merupakan salah satu industri prioritas yang menghasilkan produk bernilai tambah tinggi, berdaya saing global, sebagai penghasil devisa negara serta menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang signifikan, dan serta didukung oleh sumber bahan baku yang cukup berupa kayu, rotan, bambu dan serat alam lainnya;’’ujar Heru..
Heru mengemukakan, daya saing industri furniture dan kerajinan Indonesia di pasar global terletak pada sumber bahan baku alami yang melimpah dan berkelanjutan serta didukung oleh keragaman corak dan desain yang berciri khas lokal serta ditunjang oleh SDM yang kompeten.
Adapun kondisi perekonomian dunia saat ini menurut Heru belum pulih, akibat kondisi geopolitik.
‘’ Namun permintaan terhadap produk mebel dan kerajinan di pasar global masih terus tumbuh dengan pemasok utama China yang saat ini memimpin sebagai eksportir terbesar produk mebel dunia,’’ucap Heru.
Sedangkan ekspor produk mebel dan kerajinan nasional, tambah Heru masih melambat. Namun, pihaknya optimis akan terjadi pertumbuhan. Karena itu, pihaknyaberharap dengan adanya pameran IFEX yang akan dilakukan pada Maret tahun depan, yaitu tahun 2025 bisa menahan penurunan ekspor tersebut pada kuartal selanjutnya.
Dengan memperhatikan data ekspor global, sebenarnya peluang pasar global terhadap produk mebel dan kerajinan masih terbuka yang disebabkan oleh maraknya pembangunan yang diproyeksikan akan menciptakan permintaan yang cukup besar akan produk mebel dan kerajinan nasional.
Menurut Heru, pasar Amerika Serikat dan Eropa adalah pasar terbesar produk mebel dan kerajinan nasional. Meskipun demikian, pelaku industri mebel dan kerajinan yang tergabung di HIMKI harus terus berusaha untuk menembus pasar-pasar baru.
‘’Aapalagi jika kita memperhatikan kondisi semakin menurunnya permintaan pasar tradisional (AS dan Eropa), dimana kedua kawasan terbut mengalami inflasi yang sangat besar. Untuk itu, untuk mengantisipasi jika situasi semakin memburuk, kita harus memanfaatkan dan mengoptimalisasi emerging market, seperti Timur Tengah, India dan pasar Asia lainnya.’’pungkas Heru.
Acara Rapimas HIMKI tersebut dihadiri oleh Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pembina, Dewan Pakar, serta Ketua Dewan Pimpinan Daerah dan Badan Eksekutif Pusat. (Lili)