JAKARTA(Tilongkabilanews.id)- Sekitar 80 hingga 90 pelaku usaha beras dunia, terutama negara Asean akan hadir pada kegiatan International Rice Conference (IIRC) 2024 yang digelar Perum BULOG di Nusa Dua, Bali dari 19-21 September 2024. Kegiatan IIRC itu sendiri bertemakan “Rice Resilience: Adapting to Global Challenges,” IIRC 2024 diharapkan akan menjadi platform penting bagi pemangku kepentingan di kalangan industri, pemerintah dan pembuat kebijakan, akademisi, serta masyarakat.
‘’Pada kegiatan IIRC tersebut dilakukan diskusi dan kolaborasi terkait su-isu aktual perberasan dalam menghadapi tantangan global,’’ujar Direktur Utama Perum BULOG, Bayu Krisnamurthi dalam diskusi media di kantor pusat Perum BULOG, baru-baru ini.
Lanjut Bayu,dengan digelarnya IIRC 2024 ini diharapkan menjadi ajangn untuk berbagi wawasan, dan mengkatalisasi aksi menuju masa depan perberasan yang berkelanjutan,
Selain itu pada kegiatan IIRC 2024 tersebut akan menampilkan beragam sesi, termasuk pidato utama dari para ahli ternama, diskusi panel interaktif, bussiness match, dan pameran yang menampilkan kemajuan terkini dalam industri, teknologi, dan inovasi beras.
‘’Dengan mengikuti IIRC 2024, para peserta akan mendapatkan wawasan tentang dinamika pasar, tren industri, dan kemajuan teknologi terkini di sektor perberasan serta pengalaman yang menarik dari field trip ke Subak Bali,’’jelas Bayi
Karena itu,tambah Bayu, pihaknya berharap kegiatan IIRC 2024 ini menjadi agenda tahunan pelaku usaha untuk membahas isu-isu terkini mengenai perberasan dunia.
Untuk itu, Bayu pun mengajak pelakuusaha perberasan bergabung dalam Indonesia International Rice Conference 2024 seiring dengan dimulainya perjalanan penting menuju masa depan beras yang lebih berketahanan dan berkelanjutan.
Tingkatkan Kinerja RPK
Pada saat diskusi dengan media, kata Bayu pun menyinggung terkait program hilirisasi dan huluisasi terkait perberasaan di dalam negeri. Karena itu, kegiatan hilirisasi dan huluisasi akan genjot oleh BULOG.
‘’ BULOG merasa perlu menggenjot kegiatan hilirisasi dan huluisasi yaitu dalam rangka mendorong peningkatan kinerja Rumah Pangan Kita (RPK) dan Mitra Tani.Tujuannya agar BULOG mudah dalam menjalankan tugasnya menjaga pasokan bahan pangan di dalam negeri, ujar Bayu.
Dia menambahkan,d alam program hilirisasi ini, BULOG akan terus meningkatkan peran RPK,” tambah Bayu
Bayu menyebutkan, jumlah RPK yang terdafat menjadi mitra dan melakukan transaksi dengan BULOG hingga saat baru sekitar 21.384 RPK. Adapu dari jumlah yang ada tersebut sebanyak 74 persen berlokasi di perkampungan, 25 persen di pasar dan 1 persen di rumah susun.
Adapun omzet dari sebuah RPK sekitar Rp 10 juta – Rp 50 juta per bulan, dimana sekitar 28.6 persen dari omzet itu dipasok oleh BULOG. Adapun potensial market yang muncul dari keberadaan RPK sekitar Rp 11 triliun hingga Rp 12 triliun per tahun atau naik 3 hingga 4 persen.
Menurut dia, kenaikan omzet RPK itu masih rendah , Karena itu, pihanya berkeinginan meningkatkan lagi jumlahnya,. Salah satu cara yang dipakai BULOG adalah dengan meluncurkan aplikasi My RPK yang dapat memudahkan transaksi antara pengelola RPK dengan konsumen.
‘’Aplikasi My RPK saat ini masih soft launching, awal tahun depan baru diterapkan sepenuhnya,’’tutur Bayu.
Sementara di sektor huluisasi, BULOG terus menggejot program Mitra Tani yang saat ini masih terbatas pada komoditas padi.
Melalui program Mitra Tani, ujar Bayu, BULOG dapat mengetahui besaran biaya produksi sehingga dapat menjadi bahan masukan mengenai perlu tidaknya harga patokan pemerintah (HPP) padi dan beras direvisi.
Diungkapkan Bayu, dalam tiga bulan terakhir ini, terdapat 1.336 hektar lahan yang menjalani program Mitra Tani melalui kemitraan sinergi dan 42 hektar lewat mandiri bagi hasil.
“Mitra Tani jadi salah satu model melibatkan jaringan petani sehingga bisa menjadi bagian dari rantai pasok pangan yang dapat diandalkan, “ pungkas Bayu. (Lili)