Adanya Regulasi TKDN Jadi Berkah bagi Pelaku Industri Mebel dan Kerajinan Nasional

 Ekonomi

 

Ketua Bidang Organisasi DPP HIMKI, Rian Hermawan yang juga sebagai direktur sekaligus pemilik CV RAF, perusahaan yang bergerak di bidang industri mebel dan kerajinan yang berdomisili di Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogykarta

SLEMAN – Pelaku industri mebel dan kerajinan yang tergabung dalam HIMKI (Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia)  mengaku kaget bahwa potensi pasar produk mebel dan kerajinan di dalam negeri lebih besar dari dugaan semula. Apalagi setelah diberlakukannya regulasi TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) suatu produk yang dibuat industri nasional, ternyata kebijakan itu telah memberikan peluang pasar yang cukup besar. Bahkan nilai omset yang dicapai bisa mencapai tiga kali lipat bila dibandingkan dengan hasil penjualan ke negara tujuan ekspor yang selama ini dilakukan para produsen dan kerajinan di dalam negeri.

‘’Dengan adanya regulasi TKDN ini, tentunya kami sebagai pelaku industri mebel dan kerajinan di Indonesia ingin memanfatkan potensi pasar tersebut seoptimal mungkin. Karena itu untuk menyambut pasar yang besar itu, pelaku industri mebel dan kerajinan ini perlu melakukan kolaborasi dengan pelaku industri lain. Selian itu juga kami pun merasa perlu menjalin kerjasama yang baik dengan pihak pemerintah, baik pusat maupun daerah serta BUMN/BUMD ,’’ ujar Ketua Bidang Organisasi DPP HIMKI, Rian Hermawan, Senin (24/6/2024).

Rian Hermawan sendiri sebagai direktur sekaligus pemilik CV RAF, perusahaan yang bergerak di bidang industri mebel dan kerajinan berdomisili di Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogykarta,

Kata Rian, dirinya mengaku mengetahui adanya Regulasi TKDN itu baru dua tahun terakhir. Namun setelah dipelajari dan melalukan  survey dan menganalisa potensi pasar di dalam negeri, setelah adanya kebijkan TKDN dalam setiap pengadaan barang dan jasa pemerintah, ternyata potensi pasar produk mebel dan kerajinan di dalam negeri ini luar biasa besarnya.

Lanjut Rian, akhirnya dia pun mencoba mencari informasi terkait proyek pengadaan barang dan jasa di intansi pemerintah untuk produk mebel. Karena CV RAF sendiri dalam sehari-harinya membuat produk mebel indoor, yaitu berupa meja, kursi, lemari dan lain-lain.

Rian mengungkapkan lebih lanjut perjuangan dan usaha yang dilakukan tim marketing CV RAF dalam menggarap proyek pengadaan barang di intansi pemerintah ini membuahkan hasil yang menggembirakan, yaitu perusahaanya mendapatkan tender pengadaan barang berupa mebel kayu dan kursi untuk sekolah di wilayah Indonesia Timur.

‘’Nilai tender yang didapatkan dalam pengadaan barang mebel kayu dan kursi untuk kebutuhan di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia Timur itu mencapai Rp 100 miliar lebih. Ini berarti dengan diberlakukan TKDN ini selah-olah menjadi berkah bagi kami sebagai produsen mebel dan kerajinan di dalam negeri. Proyek pengadaan meja dan kursi tersebut kami diberi waktu untuk menyelesaikan pengerjaannya dalam waktu tiga bulan. Karena itu, untuk menyelesaikan proyek tersebut sesuai target, kami memandang perlu melakukan kolaborasi dengan kawan sesama anggota HIMKI dalam pembuatan produk meja dan kursi sesuai dengan spek yang ditentukan pemberi order,’’ imbuh Rian.

Menurut  Rian  dalam menggarap pasar di dalam negeri itu ternyata berbeda dengan pasar ekspor dalam melakukan pemasaranya. Karena itu, setelah mengetahui seluk beluk dalam menggarap pasar lokal itu, Rian pun ingin berbagai tips bagimana kepada teman-teman sesama anggota HIMKI. Tujuannya agar semua pelaku industri mebel dan kerajinan nasional bisa tetap eksis dan berkembang dalam menjalankan bisnisnya.

Setelah melihat potensi pasar produk mebel dan kerajinan di dalam negeri yang luar biasa besarnya itu, apakah dirinya akan merubah target pasar yang dibidiknya? Rian menjelaskan, selama ini produk mebel yang dibuat CV RAF memang lebih fokus secara mayoritas untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor, yaitu sekitar 90 persen dari produk mebel dan kerajinan yang diproduksinya dan sisanya 10 persen dijual di pasar lokal. Namun setelah mengetahui potensi pasar di dalam negeri yang cukup menarik itu, pihaknya akan merubah prosentase penjualannya, yaitu 60 persen untuk kebutuhan ekspor dan 40 persen untuk kebutuhan lokal.

‘’Kami tetap mengutamakan pasar ekspor yang sudah lama digarap, namun demikian juga kami pun tidak ingin melupakan pasar lokal. Jadi produk mebel dan kerajinan yang dibuat CV RAF ini bisa memenuhi kebutuhan konsoumen, baik di pasar luar negeri maupun  dalam negeri,’ ’tuturnya.

Adapun negara tujuan ekspor produk mebel dan kerajinan yang dibuat CV RAF, tambah Rian, yaitu diantaranya ke beberapa negara Eropa dan Asia. Pada umumnya para buyer luar negeri tersebut, mereka mengaku merasa cukup puas atas kualitas produk buatan CV RAF. Demikian juga terkait pelayanan yang diberikan CV RAF, pihak buyer luar negeri itu pun merasa puas.

‘’Untuk itu, kami pun tetap menjalin komunikasi dengan buyer secara kontinyu. Kami pun menanyakan kabar dan apakah ada order lagi?. Hal-hal seperti itu kami selalu perhatikan, sehingga para buyer merasa dekat dengan kami,’’ ucap Rian.

Pada kesempatan itu, Rian mengungkapkan keberuntungannya menekuni bisnis mebel dan kerajinan di Sleman. Alasannya, Sleman salah satu kabupaten di wilayah di Provinsi Daerah Istmiewa Yogykarta, merasa diuntungkan juga menjadi bagian proinvsi tersebut yang menjadi pusat tujuan para  wisatawan, baik asal mancanegara maupun lokal.

Selain itu, keberadaan bandara udara internasional yang ada di Yogykarta pun ikut  memudahkan para wisatawan untuk datang ke Yogyakarta maupun Sleman.

‘’Pada umumnya para wisatawan itu, mereka mencari dan membeli produk kerajinan yang diminatinya untuk dibawa pulang ke daerah maupun negara asalnya wisatawan itu sendiri. Selain membeli produk kerajinan , mereka juga memesan produk mebel yang dibuat para pengrajin yang ada di Yogyakarta dan Sleman, termasuk produk yang dibuat CV RAF,’’ kata Rian.

Keuntungan lainnya, tambah Rian, Sleman dan Yogyakarta ini dikenal sebagai basis pembuatan produk mebel dan kerajinan dengan menampilkan desain-desain terbaru dan ngetren. Selain itu juga ditunjang keberadaan tenaga professional muda dan mahasiswa dari berbagai kampus ternama di Yogyakarta yang mampu menghasilkan desain menarik.

‘’Karena itu, kami selaku pelaku industri memandang perlu  adanya kerjasama yang terjalin antara pelaku industri, kampus dan pemerintah. Maksudnya, kampus sebagai lembaga pendidikan yang mampu menghasilkan para lulusan terbaik, sehingga nantinya bisa membantu pihak industri dalam menghasilkan produk mebel atau kerajinan dengan kualitas terbaik pula serta dengan desain menarik. Demikian juga kerjasama dengan pemerintah perlu dilakukan. Dengan adanya kerjasama dengan pemerintah ini menjadi penting dalm rangka mendapat dukungan, sehingga industri bisa tetap berkembang dan maju,’’pungkas Rian.(Lili)

banner 468x60

Author: 

Related Posts