
Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga
JAKARTA(Tilongkabilanews.id)-Hubungan Puan Maharani dengan Ganjar Pranowo tampaknya semakin merenggang paska keluhannya tidak dijemput kepala daerah saat berkunjung ke daerah. Ganjar tampaknya semakin dijauhi DPP PDI-P karena dianggap tidak menghormati Puan sebagai Ketua DPR RI dan salah satu ketua di DPP Partai Kepala Banteng Moncong Putih. Hal itu membuat sebagian di DPP gerah terhadap Ganjar.
‘’Ketidaksukaan itu tambah membesar setelah kasus Wadas. Ganjar dinilai tifak becus dalam menangani kasus tersebut.,’’ujar Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga ,di Jakarta, Sabtu kepada Tilongkabilanews.id, Sabtu(19/2/2022).
Bahkan,lanjut Jamilddin, salah satu Anggota DPR RI dari PDIP dengan tegas mengatakan, Ganjar harus bertanggung jawab atas terjadinya kasus Wadas. Anggota DPR RI tersebut meminta agar tidak melibatkan Presiden Joko Widodo dalam kasus tersebut.
Indikasi itu menurut Jamiluddin, menguatkan dugaan DPP semakin tidak berkenan kepada Ganjar. Hal ini akan berpengaruh terhadap peluangnya diusung PDIP menjadi capres pada Pilpres 2024.
Peluang itu tambah Jamiluddin, semakin kecil, karena elektabilitas Ganjar turun paska kasus Wadas.
‘’Turunnya elektabilitas Ganjar tentu menguntungkan bagi Puan untuk melenggang menjadi capres dari PDIP,’tuturnya.
Jadi tegas Jamiluddin, kasus tidak dijemput dan kasus Wadas tampaknya menjadi bola liar yang merugikan Ganjar. Kerugian Ganjar tersebut tentu menjadi keuntungan bagi Puan.
‘’Meski begitu, Ganjar masih dapat mengembalikan elektabilitasnya bila mampu menyelesaikan kasus Wadas. Bahkan elektabilitasnya masih bisa lebih meroket bila keberpihakannya kepada rakyat nyata, bukan hanya di medsos,’’kata dia
Tentu setiap kenaikan elektabilitas Ganjar ucap Jamiluddin, akan membuat Puan uring-uringan. Sebab, kenaikan elekrabilitas Ganjar akan menjadi kerikil bagi Puan untuk nyapres 2024.(Lili).