JAKARTA (Tilongkabilanews.id)- Metrologi memegang peranan sangat penting dan tidak dapat terpisahkan dari aktivitas masyarakat sehari-hari. Sebagai contoh saat berbelanja ke warung atau ke pasar selalu menggunakan alat ukur yaitu timbangan, saat mengisi bahan bakar minyak di SPBU alat ukurnya menggunakan pompa ukur, saat pembayaran taksi alat ukur yang digunakan adalah meter taksi. Demikian juga untuk membayar listrik acuannya adalah meter listrik, untuk membayar tagihan air PAM acuannya adalah meter air.
‘’ SDM Kemetrologian bertugas untuk memastikan ketepatan ukuran dari alat ukur yang digunakan sebagai dasar nilai transaksi yang dibayarkan oleh masyarakat,’’ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan, Suhanto ketika berbincang bincang dengan wartawan Tilongkabilanews.id., di Jakarta, Selasa (3/1/2023).
Suhanto melanjutkan guna mendukung dan memenuhi kebutuhan akan terjaminnya ketertiban ukuran, maka di setiap Kabupaten/Kota memiliki Unit Metrologi Legal (UML). Adapun dalam operasionalnya UML minimal memiliki dua orang SDM Kemetrologian.
Begitu pentingnya peran bidang metrologi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat , kata Suhanto, kebijakan Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk mencetak SDM Metrologi yang handal dan kompeten tersebut dilakukan melalui jalur pendidikan tinggi, yaitu meningkatkan peran Akademi Metrologi dan Instrumentasi (Akmet).
‘’Kementerian Perdagangan ingin menjadikan Akademi Metrologi dan Instrumentasi (Akmet) sebagai satu-satunya perguruan tinggi yang dapat mencetak SDM Kemetrologian yang berkualitas dan berorientasi atas kebutuhan pasar baik pemerintah maupun swasta,’’ucap Sekjen Kemendag.
Suhanto menambahkan, mutu pendidikan dan pengelolaan Akademi Metrologi dan Instrumentasi terus dilakukan perbaikan dan peningkatannya . Diantaranya melalui penyesuaian kurikulum terhadap kebutuhan pengguna lulusan, kurikulum yang digunakan tidak hanya ditujukan untuk pengguna lulusan dibidang metrologi legal akan tetapi juga mengakomodir pengguna lulusan dibidang metrologi secara keseluruhan
Demikian juga sambung Suhanto, kebijakan penerimaan mahasiswa baru tidak hanya dilakukan melalui jalur umum, tetapi juga melalu jalur kerja sama dengan Pemerintah Daerah (Pemda).
Ketika ditanyakan, apakah peran Akademi Metrologi dan Instrumentasi sekarang ini sudah bisa mencukupi kebutuhan akan SDM ahli kemetrologian yang diperlukan di pemerintahan dan dunia usaha maupun industri?
Sekjen Kemendag mengemukakan, kebutuhan SDM Kemetrologian secara nasional baik untuk Pemda masih belum tercukupi oleh lulusan Akmet.
‘’Berdasarkan data kebutuhan SDM di bidang kemetrologian yang mendukung tugas dari Unit Metrologi Legal (UML) di seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia, lulusan Akmet dari tahun 2016 sampai dengan sekarang yang berjumlah 143 orang baru dapat memenuhi kurang lebih 14% dari total kebutuhan SDM Kemetrologian tingkat terampil,’’sebut Suhanto.
Pada kesempatan itu Suhanto mengatakan untuk menjawab tantangan dibidang perdagangan global, Akademi Metrologi dan Instrumentasi (Akmet) berusaha untuk menghasilkan lulusannya yang siap untuk langsung bekerja dibidang metrologi.
‘’Karena kegiatan pelaksanaan pendidikan di Akmet dilaksanakan dengan komposisi pembelajaran praktik 60% dan teori 40%,’’tutur Suhanto.
Selain itu, tambah dia, Akademi Metrologi dan Instrumentasi juga menerapkan konsep merdeka belajar dengan mengirimkan mahasiswa guna melakukan kerja praktik lapangan selama 6 bulan pada Unit Metrologi Legal (UML) di daerah di seluruh Indonesia.
Menurut Suhanto, tidak hanya itu saja yang dilakukan Setjen Kemendag melalui Akademi Metrologi dan Instrumentasi dalam mencetak SDM Kemetrologian yang handal dan kompeten, tetapi melakukan terobosan-terobosan. Hal itu dilakukan agar lulusan Akademi Metrologi dan Instrumentasi memiliki daya saing tinggi di bursa kerja.
Adapun terobosan yang dilakukan untuk menghasilkan lulusan dibidang kemetrolgian yang handal dan kompeten tersebut, para mahasiswa Akmet diwajibkan menyelesaikan tugas akhir dengan membuat prototype alat ukur dengan update teknologi terkini.
Terobosan lainnya, yaitu menyediakan wadah dalam bentuk unit kegiatan mahasiswa untuk meningkatkan kreativitas dan softskill
‘’Dosen dan mahasiswa terlibat dalam penelitian bersama dengan instansi lain (UML, BRIN, dan lain-lain ) yang diakhiri dengan penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang dipubliksikan bersama,’’pungkas Suhanto. (Lili Supaeli).