Untuk Dongkrak  Daya Saing, Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia Perlu Gunakan Mesin Berteknologi Mutakhir

 Ekonomi

 

Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI),Abdul Sobur pada pembukaan pameran mesin furniture, perkayuan dan peralatan berbasis teknologi mutakhir IFMAC & WOODMAC yang diselenggarakan PT. Wahana Kemala Niaga Makmur (Wakeni) , Rabu (25/9/2024) di JIExpo Kemayoran Jakarta

JAKARTA(Tilongkabilanews.id)- Semakin berkembangnya kecanggihan mesin akan berdampak pada efisiensi dan efektivitas produksi, baik dari sisi biaya, energi, dan juga waktu, tidak terkecuali pada sektor industri furnitur dan kerajinan home décor.

‘’Industri furnitur dan kerajinan Indonesia perlu didorong pertumbuhannya dengan mendongkrak daya saing, melalui pengaplikasian mesin dan peralatan berbasis teknologi mutakhir. Selain mutakhir tentunya mesin yang berstandar global guna memenuhi preferensi konsumen yang terus berkembang,’’ujar Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI),Abdul Sobur pada pembukaan pameran  mesin furniture, perkayuan dan peralatan berbasis teknologi mutakhir  IFMAC & WOODMAC yang diselenggarakan PT.  Wahana Kemala Niaga Makmur (Wakeni) , Rabu (25/9/2024) di JIExpo Kemayoran Jakarta Pameran IFMAC & WOODMAC  itu sendiri diselenggarakan PT Wakeni selama tiga hari, yaitu mulai 25 hingga 28 September.

Kata Sobur, perlunya penggunaan teknologi mutakhir untuk industri mebel dan kerajinan terlihat jelas ketika delegasi industri mebel Indonesia melakukan lawatan ke Vietnam baru-baru ini.

Dari hasil kunjungan ke beberapa pabrik dan pameran mebel, lanjut Sobur, HIMKI kesimpulannya jelas: Vietnam jauh melampaui Indonesia dalam skala produksi, teknologi, dan ekspor mebel. Semua itu ditunjang oleh teknologi produksi yang mutakhir. 

‘’Pabrik-pabrik di Vietnam mampu mengekspor hingga lebih dari 200 kontainer mebel setiap bulan. Ini mencerminkan tingkat produksi yang signifikan dan menempatkan Vietnam sebagai salah satu eksportir utama mebel di dunia, jauh di depan Indonesia,’’ujar Sobur.

Menurut Sobur, teknologi dan permesinan canggih menjadi faktor pendorong utama yang membuat industri mebel Vietnam maju belasan hingga puluhan tahun dibandingkan dengan Indonesia, yang masih didominasi oleh metode produksi manual dan padat karya. Inovasi teknologi di Vietnam bahkan memungkinkan pabrik-pabrik di sana beroperasi dengan lebih efisien dan produktif.

Penerapan teknologi di Vietnam, ucap Sobur memberikan mereka keunggulan kompetitif. Sementara pabrik-pabrik di Indonesia sering kali memiliki ribuan pekerja, produktivitasnya tidak sebanding dengan pabrik-pabrik Vietnam yang memanfaatkan teknologi modern.

‘’Di Indonesia masih banyak yang mengandalkan tenaga kerja manual, sedangkan Vietnam sudah jauh melangkah dengan teknologi yang canggih,’’tutur Sobur. 

Permasalahannya ungkap Sobur, banyak pelaku industri mebel dan kerajinan Indonesia yang enggan mengubah pola pikir mereka, meskipun teknologi jelas dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing. Jika para pengusaha mebel di Indonesia tidak segera beradaptasi dengan teknologi, maka industri mereka akan semakin tertinggal dan mungkin stagnan.

Menurut Sobur  hal di atas dibuktikan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan tren penurunan ekspor mebel Indonesia terjadi sejak 2021. Ekspor mebel Indonesia yang sempat mencapai USD 3,5 miliar pada 2021 turun menjadi USD 2,5 miliar pada 2023. Sebaliknya, Vietnam terus mencatat pertumbuhan positif, dengan ekspor produk kayu dan mebel mereka mencapai USD 15 miliar, lima kali lipat lebih besar dari Indonesia.

‘’Meskipun demikian, kami tetap optimis, pertumbuhan pasar ekspor mebel dan kerajinan nasional diperkirakan akan mencapai 5-8%, sementara pertumbuhan pasar domestik diproyeksikan sebesar 4-6%. Inisiatif pemerintah yang mendukung industri furnitur termasuk Program Restrukturisasi Mesin Furniture dan Peralatan Industri Pengolahan Kayu, yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri dan mendukung pengembangan industri hulu patut kami dukung,’’beber Sobur..

Pada kesempatan itu, Sobur memprediksi permintaan furnitur dan kerajinan akan tetap melonjak, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di pasar internasional. Lokasi Indonesia yang strategis dan kemampuan produksi yang terus berkembang menjadikan Indonesia sebagai pusat ekspor yang strategis.

‘’Industri furnitur dan kerajinan Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang sangat besar,’’tutur Sobur.

Sementara Sekretaris Jenderal DPP HIMKI, Maskur Zaenuri menjelaskan, pameran IFMAC & WOODMAC merupakan peluang strategis bagi bisnis yang ingin berkembang di industri furniture dan permesinan kayu Indonesia yang dinamis. ‘’Diselenggarakannya pameran ini bertujuan untuk meningkatkan inovasi dan pertumbuhan di sektor furnitur dan kerajinan yang menghadirkan teknologi mutakhir,’’kata Maskur.

Pameran  IFMAC & WOODMAC ini, kata Maskur  menampilkan berbagai macam peralatan mesin yang sedang tren dan inovasi terbaru dalam pembuatan furnitur. Perusahaan-perusahaan peserta pameran internasional dan lokal yang terdiri dari produsen mesin, penyedia perangkat lunak teknologi, integrator sistem, dan penyedia layanan yang berpartisipasi dari seluruh dunia dapat memperoleh wawasan tentang tren pasar, membangun jaringan dengan para pemimpin industri, dan menjajaki kemitraan bisnis potensial.

Maskur menambahkan, pameran IFMAC & WOODMAC 2024 menjadi pintu gerbang bagi para pelaku industri global dan lokal menuju prospek bisnis di sektor furnitur Indonesia yang dinamis, memperkenalkan teknologi masa depan yang siap merevolusi industri furnitur.

‘’Pameran tahun ini kembali dengan kekuatan dan inovasi yang lebih besar, mengundang para pelaku bisnis untuk bergabung dalam peluang perdagangan yang efektif yang mendorong perluasan bisnis dan keunggulan industri,’’pungkas Maskur. (Lili)

 

banner 468x60

Author: 

Related Posts