SOLO- Pelaku industri mebel dan kerajinan yang ingin tetap eksis untuk bertahan dalam menjalankan bisnisnya, tentu dituntut memiliki kreativitas atau mampu melakukan inovasi yang menarik, sehingga produk mebel dan kerajinan yang diproduksinya memiliki nilai jual tinggi. Apalagi persaingan di bisnis industri tersebut cukup ketat dalam mendapatkan pembeli atau buyer, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.
‘’Kreativitas dan beriovasi bagi pelaku industri mebel dan kerajinan ini menjadi keharusan. Apabila kita mampu mengembangkan kreativitas dan berinovasi dalam menghasilkan suatu produk yang menarik, tentu kita yang akan diuntungkan, yaitu semakin banyak pembeli yang memberikan order terhadap produk yang kita buat,’’ ujar Wakil Ketua Bidang Promosi Dalam Negeri DPP HIMKI(Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia) , Rani Permata Sari ketika berbicang-bincang dengan media, Jum’at (21/6/2024).
Menurut Rani lebih lanjut, kreativitas yang dimaksud di sini, jika pelaku industri selama ini merasa kesulitan dalam memperoleh bahan baku kayu, mereka bisa memanfaatkan kayu daur ulang atau kayu bekas yang sudah tidak dipakai lagi. Misalnya kayu bekas rumah yang sudah tidak dipakai lagi.
‘’Ini sebenarnya menjadi peluang bagus bagi kita, asalkan kita sendiri memiliki kemauan untuk memanfaatkan kayu daur ulang itu dengan sentuhan inovasi dan desain yang menarik, sehingga mampu menghasilkan produk mebel atau kerajinan yang memiliki nilai jual tinggi. Jika langkah ini kita lakukan dengan baik dan cermat, tentu sudah dipastikan kita akan mendapakan keuntungan atau cuan dari penjualan produk tersebut,’’ kata Rani.
Rani selaku pemilik perusahaan mebel dan kerajinan dengan nama perusahaannya, CV Nuansa Kayu Bekas yang berlokasi di Solo, Jawa Tengah itu, menuturkan, berbagai produk mebel yang dihasilkan di industrinya itu lebih banyak memanfaatkan bahan baku kayu yang berasal dari kayu daur ulang atau kayu bekas.
Rani menambahkan, walaupun produk mebel yang dibuatnya itu berasal dari kayu daur ulang, tapi memiliki sertifikat SVLK sesuai ketentuan. Ini berarti produk mebelnya yang dihasilkan CV Nuansa Kayu Bekas tersebut telah memenuhi persyaratan yang wajib dipenuhi oleh pelaku industri yang menggunakan bahan baku kayu.
Rani menceritakan, kenapa dia tertarik memanfaatkan kayu duar ulang untuk dijadikan produk jadi berupa mebel dan kerajinan. Rani sendiri memanfaatkan kayu duar ulang itu bukan tanpa alasan. Maksudnya, kayu bekas yang sudah tidak dipakai atau dianggap limbah oleh pemilik rumah maupun suatu industri, tentu akan menjadi masalah tersendiri, yaitu semakin menumpuknya kayu bekas itu sendiri.
‘’Namun dengan ditunjang kreativitas dan inovasi dari para ahli yang bekerja di CV Nuansa Kayu Bekas, kayu daur ulang itu disulap jadi barang bermanfaat bernilai ekonomi tinggii,’’ ucap Rani.
Bagi Rani sendiri untuk mendapatkan bahan baku kayu daur ulang saat ini sudah tidak jadi masalah. Karena banyak supplier kayu daur ulang yang menjual ke perusahaan miliknya. Adapun kemudahan untuk mendapatkan kayu daur ulang itu, tambah Reni tidak terlepas yang dilakukannya untuk sosialisasi pemanfaatan kayu daur ulang tersebut. Langkah itu sesuai dengan tageline atau moto dari perusahaanya CV Nuansa Kayu Bekas yaitu ‘’’Buat Apa Tebang Pohon Baru’’. Maksudnya, sepanjang masih ada kayu daur ulang yang bisa dimanfaatkan untuk dijadikan suatu barang yang memiliki nilai jual, kenapa harus menggunakan bahan baku kayu yang baru ditebang.
‘’Jika pohon-pohon itu tetap kokoh berdiri dan tidak ditebang, itu akan lebih bermanfaat untuk menjaga kelestarian lingkungan. Misalnya untuk mencegah terjadinya erosi dan banjir akibat dari ulah penebangan pohon. Selanjutnya pohon itu tetap terjaga dengan baik, tentu bisa menyerap polusi udara. Selain itu juga sebagai penghasil oksigen. Itulah, alasan kami lebih memanfaatkan kayu daur ulang, ketimbang kayu yang baru ditebang,’’ ucap Rani.
Rani menuturkan. walaupun produk mebel yang dibuat CV Nuansa Kayu Bekas ini menggunakan bahan baku kayu daur ulang, ternyata respon pasarnya lumayan bagus. Buktinya produk mebel dan kerajinan banyak diminta pasar luar negeri, yaitu untuk memenuhi pasar tujuan ekspor. Adapun produk mebel dan kerajinan yang kami produksi, 100 persen untuk kebutuhan pasar ekspor, yaitu Eropa dan Amerika Serikat,.
Lanjut Rani, tetapi pasar ekspor belakangan ini mengalami penurunan permintaan, dikarenakan terjadinya konflik perang di wilayah Benua Eropa. Buktinya adanya penurunan ini, yang semula buyer mengimpor puluhan kontainer yang berisi produk mebel dan kerajinan buatan CV Nuansa Kayy Bekas. Namun sekarang ini, paling hanya dua kontainer.
Seiring menurunnya permintaan pasar ekspor ke Eropa, kata Reni, dirinya bersama tim manajemen harus cerdik untuk membidik pasar baru. Hal itu dilakukan agar kegiatan industrinya tetap beroperasi dengan baik, sehingga bisa membayar kewajiban perusahaan, yaitu berupa upah kepada para tenaga kerja yang sudah berkecimpung dalam pembuatan mebel dan kerajinan.
Karena itu, kata Rani, untuk membidik pasar baru tersebut, dia pun mencoba berpromosi dengan mengikuti berbagai pameran, di antaranya di Hongkong. Upaya untuk mengikuti pameran di Hongkon itu ternyata tidak sia-sia. Karena produk mebel dan kerajinan buatan CV Nuansa Kayu Bekas yang ditampilkan di pamerran tersebut banyak dilirik para pengunjung pameran untuk membelinya. Pengunjung pameran di Hongkong, terutama asal Jepang dan Korea, mereka memberikan order untuk membeli produk mebel dan kerajinan buatan CV Nuansa Kayu Bekas.
‘’Ini berarti produk mebel dan kerajinan yang dbuat CV Nuansa Kayu Bekas saat ini tidak hanya diminati konsumen dari Eropa saja, tetapi juga konsumen dari Asia pun sudah mulai melirik dan tertarik utuk membeli,’’kata Rani.
Ketika ditanyakan apakah CV Nuansa Kayu Bekas ke depannya akan memanfaatkan pasar dalam negeri? Rani menjelaskanya, sebenarnya pasar dalam negeri cukup menarik atau berpotensi untuk digarap dengan baik. Namun selama ini, perusahaan tersebut sudah begitu lama menggeluti pasar ekspor, sehingga pasar dalam negeri pun belum tersentuh sama sekali.
‘’Padahal produk mebel dan kerajinan dari CV Nuansa Kayu Bekas ini, yaitu sekitar 10 produk sudah meraih serfikikasi TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) dari Kementerian Perindustrian. Ini berarti produk mebel dan kerajinan yang kami buat ini sudah memenuhi syarat untuk mengikuti tender pengadan barang di intansi pemerintah atau lembaga maupun BUMN yang menggunakan dana bersumber dari APBN maupun APBD,’’ ujarnya.
Dia menambahkan, seandainya CV Nuansa Kayu Bekas ikut dalam proyek pengadaan barang di pemerintah atau lembaga maupun BUMN/BUMD, pihaknya merasa yakin bisa memenuhinya. Karena setelah melakukan pengecekan di web LKPP, yaitu e-katalog LKPP, harga ditawarkan pihak intansi pemerntah/lembaga maupun BUMN/BUMD bisa masuk dengan harga jual yang ditawarkan perusahaan.(Lili)