Industri Mebel dan Kerajinan Rotan Terusik dengan Ancaman Kebangkrutan Industri TPT

 Ekonomi

 

Ketua DPD HIMKI Cirebon Raya,Eddy Sugiarto

CIREBON (Tilongkabilanews.id)–Pelaku industri mebel dan kerajinan berbahan dasar rotan dari Cirebon yang tergabung dalam HIMKI (Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia) mengaku terusik ketenangannya dalam menjalankan bisnisnya yang sedang digelutinya itu, sehubungan adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) masif yang menimpa industri TPT. Alasan mereka merasa terusik, dikarenakan  kejadian PHK secara masif itu bisa juga menimpa industri mebel dan kerajinan nasional.

‘’Sebab ‘critical point’ dari jenis industri ini hampir mirip, terutama dalam hal pasar yang rentan terhadap gangguan geopolitik dan perubahan kebijakan dari negara tujuan ekspor yang condong sangat protektif,’’ujar Ketua DPD HIMKI Cirebon Raya,Eddy Sugiarto, Kamis (4/7/2024) via telpon seluler.

Sementara ini, kata Eddy, industri mebel dan kerajinan berbahan dasar rotan ini belum pulih benar dari recoveri-nya akibat masih banyaknya celah penyelundupan bahan baku rotan ke luar negeri,

Padahal produk mebel dan kerajinan rotan itu  beberapa tahun terakhir menjadi salah satu komoditas ekspor utama Cirebon yang sangat berpengaruh untuk mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD).

Mengacu pada data dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Cirebon, produk rotan asal Cirebon telah diekspor sebanyak 1.499 kontainer atau senilai 62,14 juta dolar AS pada 2023.

‘’Jumlah ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun lalu. Namun, dengan potensi yang ada kami optimis dengan industri mebel dan kerajinan berbasis rotan ini ke depannya,’’ujar,Eddy

Lanjut Eddy, industri mebel dan kerajinan berbahan dasar rotan yang diproduksi di Cirebon diproyeksikan akan tumbuh positif untuk ekspor ke pasar global pada 2024. Karena industri mebel dan kerajinan rotan dari Cirebon memiliki ketahanan lebih dibandingkan komoditas lain, produk rotan masih menunjukkan eksistensinya hingga saat ini.

‘’Destinasi tujuan ekspor produk rotan dari Cirebon antara lain AS, Afrika Selatan, Singapura, Jepang, Brazil, Inggris, Australia, dan Kanada. Pada saat pandemi COVID-19, industri rotan tetap mengirimkan produknya ke beberapa negara tujuan tersebut,’’sebut Eddy.

Kata Eddy, industri mebel dan kerajinan rotan ini  ditopang oleh bahan baku rotan dalam negeri, dimana 85 persen bahan baku rotan tersedia di bumi Indonesia. Selain itu, industri ini pun disupport oleh tenaga-tenaga ahli yang profesional. Apakah semuanya sudah cukup?

‘’Apa yang kurang dari industri mebel dan kerajinan berbasis rotan? Sesungguhnya industri ini adalah industri yampir hampir sempurna jika dibandingkan dengan industri-industri lainnya yang ada di Tanah Air,’’tanya Eddy.

Eddy menambahkan, sekarang ini merasa bersyujur karena sudah tidak ada lagi adanya pihak-pihak yang menghendaki ekspor bahan baku rotan atau relaksasi bahan baku rotan. Namun demikian,  pemerintah belum bisa menutup celah penyelundupan bahan baku rotan ke luar negeri. Padahal bahan baku rotan merupakan senjata strategis bagi kami. Bahan baku rotan adalah senjata yang kuat bagi industri mebel dan kerajinan rotan nasional.

Pada kesempatan itu, Edy menyampaikan harapannya agar pemerintah segera melakukan pencegahan terhadap masih adanya upaya penyelundupan bahan baku rotan. Apabila situasi ini dibiarkan terus berlarut, tidak mustahil apa yang dialami industri TPT nasional saat ini bisa merembet ke industri padat karya lainnya, termasuk industri mebel dan kerajinan ini. Inilah yang perlu dsikapi pemerintah,’’tegas Eddy.

Menurut Eddy, jika pemerintah membiarkan hal ini berlarut-larut, akan berdampak pada regenerasi di industri mebel dan rotan dari Cirebon. Generasi muda tidak akan tertarik di industri ini karena banyak masalah yang timbul yang berasal dari pihak eksternal. Dengan demikian akan mengancam keberlangsungan industri mebel dan kerajinan ke depan.

Adanya ancaman kebangkrutan yang dialami oleh industri TPT dan membanjirnya produk TPT di Indonesia menunjukan bahwa pemerintah tidak serius mendukung penguatan daya saing industri dalam negeri. 

Para pelaku usaha seperti dirinya bersama pelaku mebel dan kerajinan lainnya dibiarkan berjibaku dengan segala ringangan yang menghadang. Tapi di lain pihak pemerintah memerlukan devisa dan lapangan kerja serta pajak yang makin meningkat. (Lili)

 

banner 468x60

Author: 

Related Posts