JAKARTA(Tilongkabilanews.id)-Keanggotaan Indonesia dalam BRICS dapat membuka akses ke pasar yang sangat besar. Total populasi negara-negara BRICS adalah sekitar 3,2 miliar jiwa, atau hampir 42% dari populasi dunia.
Ketua BidangPromosi dan Pemasaran Wilayah Asia DPP HIMKI (Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia), Iman Rahman mengungkapkan permintaan untuk produk furnitur dan kerajinan di pasar negara-negara anggota BRICS ini semakin tinggi, dengan perkiraan nilai pasar furnitur global mencapai $800 miliar pada 2026,dengan pertumbuhan tahunan sebesar 5,4%.
‘’ Di dalam BRICS, negara-negara seperti Tiongkok dan India menunjukkan peningkatan konsumsi produk furnitur yang tinggi, didorong oleh urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi. Sebagai perbandingan, pasar furnitur di Tiongkok saja mencapai sekitar $86 miliar pada 2023 dan terus bertumbuh,’’ujar Iman Rahman dalam keterangan persnya yang diterima Redaksi Tilongkabilanews.id, Selasa(5/11/2024) pagi.
Namun lanjut Iman Rahman, industri furnitur dan kerajinan Indonesia menghadapi persaingan ketat dari negara-negara anggota BRICS lainnya, terutama Tiongkok dan India, yang juga memiliki basis produksi besar dan efisien. Tiongkok menguasai sekitar 40% dari pangsa pasar furnitur dunia melalui produksi yang efisien dan harga yang kompetitif.
Di sisi lain,tambah Iman Rahman, industri furnitur Indonesia, yang sebagian besar didominasi oleh UMKM, memiliki keunggulan unik dalam produk berbasis kerajinan tangan, namun masih terkendala oleh skala produksi dan biaya logistik yang lebih tinggi.
Kata Iman Rahman lebih lanjut,Indonesia memiliki potensi besar dalam memanfaatkan sumber daya alamnya. Indonesia memiliki luas hutan sekitar 92 juta hektar, yang menyuplai bahan baku kayu untuk furnitur dan kerajinan.
‘’Namun, tantangan untuk mempertahankan keberlanjutan sumber daya hutan tetap menjadi perhatian serius, terutama dengan meningkatnya tuntutan internasional terhadap produk yang ramah lingkungan,’’ucap Iman Rahman.
Menurut dia, perlu adanya solusi untuk sinergi dan kolaborasi dengan Negara BRICS. Tujuannya untuk memanfaatkan peluang keanggotaan BRICS secara optimal, Untuk itu, Indonesia, ujar Iman Rahman perlu menerapkan beberapa strategi sinergi dan kolaborasi.
‘’Staretegi dan kolaborasi yang dimaksud di sini, Indonesia dapat meningkatkan kolaborasi dengan negara-negara anggota BRICS melalui perjanjian perdagangan bebas khusus untuk produk furnitur dan kerajinan. Hal ini akan mengurangi tarif dan hambatan perdagangan, sehingga produk furnitur Indonesia dapat lebih kompetitif di pasar BRICS.’’imbuh Iman Rahman.
Lanjut Iman, Indonesia bisa mengoptimalkan ekspor ke pasar potensial seperti Rusia dan India yang permintaannya masih tinggi untuk furnitur dengan desain eksotis dan berbasis kerajinan tangan.
Selain itu, menurut Iman Rahman, Indonesia perlu adanya akses investasi untuk teknologi dan pengembangan Infrastruktur. Hal itu dapat dilakukan dengan mengakses pendanaan dari New Development Bank (NDB) BRICS, Indonesia dapat mendanai proyek infrastruktur dan teknologi di sektor furnitur.
‘’Investasi ini dapat digunakan untuk membangun fasilitas pengolahan kayu modern, pusat desain, serta pabrik pengolahan yang meningkatkan efisiensi produksi,’’jelas Iman Rahman,
Dana ini,tambah Iman Rahman, juga bisa dialokasikan untuk meningkatkan standar keberlanjutan dengan menerapkan teknologi pengolahan limbah kayu, penggunaan energi terbarukan, dan praktik ramah lingkungan lainnya.
Selain itu juga, kata Iman Rahman, Indonesia perlu melakukan peningkatan kapasitas melalui pelatihan dan pendidikan. Dalam upaya peningkatan kapasitas ini, Indonesia dapat bekerja sama dengan Tiongkok dan India, yang sudah berpengalaman dalam produksi massal furnitur, untuk menyelenggarakan program pelatihan keterampilan tenaga kerja.
‘’Hal ini akan membantu meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi furnitur di Indonesia,’’tuturnya..
Program pertukaran ini, tambah Iman Rahman juga dapat mencakup desain inovatif dan digitalisasi, mengingat Indonesia memiliki peluang besar untuk menarik pasar yang mencari desain autentik dan unik.
Kata Iman Rahman, kerjasama Indonesia dengan anggota BRICS juga dapat dilakukan terkait adanya aturan tentang sertifikasi produk lingkungan dan standar internasional.
Dalam hal ini, Indonesia dapat bekerja sama dengan negara-negara BRICS untuk mengembangkan standar sertifikasi internasional khusus produk furnitur yang ramah lingkungan.
‘’Sertifikasi seperti SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu) yang dimiliki Indonesia dapat diadopsi dan diperkuat secara internasional dalam BRICS, sehingga produk Indonesia diakui legal dan ramah lingkungan,’’kata Iman Rahman.
Dia menambahkan mengenai program keberlanjutan seperti menanam tiga pohon untuk setiap produk yang terjual juga dapat diusung di tingkat BRICS untuk meningkatkan citra positif produk furnitur Indonesia di pasar global.
Pada kesempatan itu, Iman Rahman menegaskan, pengembangan digitalisasi dan e-commerce seharusnya sudah menjadi perhatian Indonesia. Untuk itu,Indonesia dapat memanfaatkan jaringan BRICS untuk mengembangkan platform e-commerce, khusus produk furnitur dan kerajinan bagi negara-negara anggota, mempermudah akses konsumen langsung ke produk Indonesia.
‘’Dengan adanya platform ini, UMKM furnitur Indonesia bisa menjangkau pasar yang lebih luas tanpa biaya promosi yang tinggi, serta memanfaatkan tren digitalisasi di negara-negara BRICS,’’ujar kandidat Doktor ini menjelaskan.
Kolaborasi lain yang dapat dilakukan Indonesia dengan negara-negara anggota BRICS, ungkap Iman Rahman,yaitu menyelenggarakan pameran furnitur dan kerajinan bersama di tingkat internasional. Mengikuti dan mengadakan pameran di negara-negara anggota BRICS,tambah Iman Rahman diharapkan dapat memperkenalkan produk Indonesia ke audiens yang lebih besar dan potensial.
‘’Promosi bersama dengan dukungan diplomasi BRICS bisa memperluas brand awareness untuk furnitur dan kerajinan Indonesia sebagai produk yang berkualitas dan bernilai budaya tinggi,’’pungkas Iman Rahman.(Lili)