
Produk mebel salah satunya kursi yang diproduksi oleh industri mebel nasional yang tergabung dalam HIMKI.
JAKARTA (Tilongkabilanews.id)- Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan (HIMKI) optimis akan terjadi peningkatan permintaan produk mebel dan kerajinan pada tahun 2023.
‘’ Kondisi ini dilihat dari permintaan pasar domestik mebel dan kerajinan cukup menjanjikan dengan midle income rata-rata lebih dari Rp 50 juta,’’ujar Sekretaris Jendera; HIMKI, Heru Prasetyo , Sabtu (24/12/2022) pagi.
Heru mengatakan lebih lanjut,berdasarkan data yang dihimpun HIMKI, penjualan produk furnitur dan kerajinan di pasar domestik diproyeksi mengalami pertumbuhan. Ini sejalan dengan semakin banyaknya proyek perumahan, gedung, dan perkantoran. Bahkan berdasarkan catatan HIMKI pasar domestik industri furnitur dan kerajinan tahun ini menembus angka Rp. 15 triliun.
Dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 267 juta jiwa, 70 persen diantaranya merupakan penduduk produktif menjadi katalis bagi bisnis furnitur, sehingga prospeknya masih menjanjikan.
‘’Kuatnya permintaan pasar domestic ini juga terlihat dari begitu masifnya ekspansi beberapa gerai milik asing di Indonesia, dimana gerai-gerai tersebut yang notabene sebagian besarnya menjual produk mebel dan kerajinan asal impor,’’imbuh Heru.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa pasar domestik berpotensi untuk dioptimalkan. Di sisi lain, pandemi Covid-19 telah menggeser pola konsumsi masyarakat. Sejumlah kebijakan yang ditujukan untuk mengurangi mobilitas penduduk membuat pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk transportasi cenderung turun.
Pengeluaran masyarakat sebelum pandemi Covid-19 untuk transportasi dan komunikasi hampir mencapai seperempat dari total konsumsi rumah tangga.
‘’Namun, setelah pandemi, kontribusinya turun menjadi 23 persen. Sementara pengeluaran untuk perumahan dan perlengkapan rumah tangga menunjukkan adanya peningkatan. Rata-rata kontribusinya terhadap total konsumsi rumah tangga pada 2019 adalah sebesar 13,42 persen. Namun, tahun 2020 dan 2021, setelah ada pandemi, rata-ratanya naik menjadi 14,11 persen,’’ujarnya.
Kendati perubahannya tidak terlalu besar, menurut Heru, cukup menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia mengalokasikan dana lebih banyak untuk kebutuhan perumahan dan perlengkapan rumah tangga. Merujuk definisi yang disusun BPS itu,ujar Heru perlengkapan rumah tangga yang dimaksud adalah kebutuhan akan furniture dan produk home décor. (Lili).