ShENGFANG( Tilongkabilanews.id)—HIMKI ( Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia) berharap pelaku industri mebel nasional yang tergabung dalam asosiasi tersebut berani melakukan transformasi, memanfaatkan teknologi, sekaligus tetap memelihara jati diri desain negerinya sendiri. Karena di tengah gemerlap furnitur modern dunia, keunikan dan karakter tetap menjadi nilai lebih yang tak tergantikan.
Keberanian bertranaformasi dan memanfaatkan teknologi serta mempertahankan jati diri suatu bangsa yang diwujudkan dalam sebuah produk mebelnya itu dilakukan para pelaku industri mebel di Bazhou, Shengfang, Provinsi Hebei, Tiongkok.
Produk mebel yang dibuat para pelaku industri.mebel di kota tersebut tampil elegan, modern,bahkan terkesan mewah, tapi harganya terjangkau oleh kantong para pembeli.
Untuk itu para pelaku industri mebel di Shengfang tersebut berani unjuk gigi menampilkan produk dalam gelaran Shengfang China International Furniture Fair ke-31, 9 April 2025 lalu.
Event tersebut ternyata bukan sekadar pameran, biasa, melainkan menjadi etalase ambisi besar Tiongkok untuk memimpin pasar furnitur dunia melalui inovasi teknologi, efisiensi produksi, dan strategi branding yang cerdas.
Hal tu dikarenakan para produsen lokal di Shengfang tampil percaya diri membawa koleksi terbaru mereka, menyatukan estetika tinggi dengan konsep yang kini kian populer: affordable luxury—kemewahan yang bisa dijangkau.
Adanya event pameran mebel di. Shengfang tersebut menjadi daya tarik bagi HIMKI untuk melihat keunggulan industri dalam menghasilkan produk. Mebel yang siap bersaing di pasar.
Untuk itu delegasi HIMKI pun melakukan kunjungan ke sejumlah industri furniture di Shengfang, Bazhou, Provinsi Hebei, China. Delegasi HIMKI dalam kunjungan tersebut diwakili oleh Veronika R. Anggraini, Tjut Diah Meulany, dan Marthunus Fahrizal—hadir langsung dan menyaksikan transformasi industri furnitur Tiongkok dari dekat. Mereka menyaksikan bagaimana Shengfang berkembang menjadi pusat kekuatan baru dalam peta furnitur global.
Banyak yang bisa kita pelajari dari Shengfang, mulai dari sistem produksinya yang solid hingga strategi pemasarannya yang cerdas. Tapi tentu, kita juga harus tetap membawa ciri khas Indonesia dalam setiap produk yang kita hasilkan,”ujarWakil Ketua Umum Bidang Keuangan HIMKIHIMKI, Veronika R. Anggraini, dalam keterangan persnya yang diterima Redaksi Tilongkabilanews. id, Rabu(16/4/2025).
ndonesia sebetulnya kata Veronika memiliki keunggulan yang tidak kalah penting: kekayaan bahan baku, desain etnik yang khas, dan tenaga kerja terampil.
Namun tambah Veronika, untuk bersaing di pasar global, Indonesia juga perlu mengejar efisiensi dan digitalisasi dalam proses produksinya.
Teknologi Tulang Punggung Produksi
Apa yang membuat furnitur Shengfang terlihat mahal tapi tetap terjangkau? Kuncinya ada pada efisiensi. Banyak pabrik di kota ini telah mengadopsi sistem integrasi vertikal, mengendalikan seluruh proses produksi dari hulu ke hilir—dari pengolahan bahan mentah hingga pengiriman ke konsumen.
Tak hanya itu, mereka juga mengandalkan teknologi mutakhir seperti robot industri dan AI-driven customization. Kecerdasan buatan memungkinkan mereka melakukan penyesuaian desain berdasarkan data pelanggan secara otomatis, menghasilkan produk yang sangat relevan dengan tren pasar, tanpa mengorbankan kecepatan produksi.
Di berbagai lini produksi, pemandangan robot memotong kayu, mengebor, merakit, hingga melakukan finishing menjadi hal biasa. Tingkat presisi dan efisiensi yang dicapai membuat produk-produk mereka sangat kompetitif di pasar internasional.
Kolaborasi Regional Lewat CAFA
Tahun ini, Shengfang mempromosikan tren baru: furnitur bukan sekadar perabot, melainkan bagian dari gaya hidup modern. Produk-produk mereka tampil dengan desain bersih, elegan, dan selaras dengan estetika rumah masa kini. Menariknya, semua itu ditawarkan dengan harga yang tidak membuat kantong bolong.
Konsep affordable luxury ini sangat menarik dan cocok dikembangkan di Indonesia,” kata Tjut Diah Meulany, Ketua Bidang Perbendaharaan HIMKI. “Pasar kita juga semakin menghargai desain yang fungsional dan estetis, tapi tetap rasional secara harga,” tambahnya.
Pameran ini juga menjadi tempat digelarnya Rapat Umum Tahunan ke-26 Council of Asia-Pacific Furniture Association (CAFA). Presiden CAFA, Mr. Xu, membuka acara dengan seruan pentingnya kerja sama regional.
Industri furnitur di Asia Pasifik harus bergerak bersama. Shengfang adalah bukti bahwa efisiensi produksi dan inovasi bisa berjalan beriringan dengan semangat kolaborasi,” ujarnya.
Delegasi dari berbagai negara hadir dan berdiskusi, termasuk dari India yang menyampaikan minat besar untuk menjalin kerja sama dagang dengan produsen dari Tiongkok dan Asia Tenggara. Dalam ramah tamah penutup, Ketua Shengfang Furniture Association, Mr. Wong Hongle, menyampaikan bahwa mereka kini lebih fokus pada pengembangan pasar domestik yang potensinya masih sangat besar, ketimbang terlalu memikirkan gejolak kebijakan luar negeri seperti era Trump.
Bagi HIMKI dan industri furnitur Indonesia, pameran di Shengfang ini bukan sekadar kunjungan. Ini adalah cermin masa depan. Sebuah pengingat bahwa inovasi, efisiensi, dan branding adalah kunci menuju daya saing global. “Pameran ini menjadi jendela masa depan industri furnitur Asia—dan Indonesia harus menjadi bagian penting di dalamnya,” tegas Veronika. (Lili).