Di Tahun 2021,Permintaan Ekspor Produk Mebel dan Kerajinan asal RI ke AS Melonjak Signifikan

 Ekonomi

 

Produk mebel buatan indonesia masih tetap diminati pasar ekspor, terutama konsumen dari Amerka Serikat.

JAKARTA (Tilongabilanews.id)- Meskipun demikian, di tengah pandemi Covid-19 sektor industri mebel dan kerajinan nasional ini justru menunjukan pertumbuhan yang cukup baik, yang merupakan pengaruh positif dari meningkatnya permintaan di pasar ekspor. ‘’Pada sembilan bulan di tahun 2021 permintaan ekspor mebel dan kerajinan mengalami lonjakan yang cukup signifikan terutama dari Amerika Serikat (AS),’’ujar Ketua Presidium HIMKI (Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia) Abdul Sobur dalam keterangan pers, Sabtu (1/1/2022).

 Berdasarkan perkembangan data ekspor secara historis bulanan, diperkirakan ekspor pada akhir tahun 2021 (Januari-Desember) mencapai angka USD 3,36 miliar atau naik 27.76% dari tahun sebelumnya.

‘’Tetapi pertumbuhan ekspor sebesar 27,76% tersebut tergantung pada seberapa jauh barang ekspor bisa terkirim di tengah kelangkaan kontainer dan ketersediaan space cargo di kapal’’tutur Sobur.

Sobur menjelaskan lebih lanjut, dari total ekspor mebel dan kerajinan, kelompok produk mebel masih menjadi kontributor ekspor terbesar, yakni 72,62%, sementara produk kerajinan berkontribusi 27,38% terhadap total ekspor produk mebel dan kerajinan nasional.

Sedangkan untuk kelompok produk mebel, tambah Sobur, kontribusi ekspor terbesar masih tempati oleh produk wooden furniture, yakni 57,14% diikuti oleh rattan furniture 6,48% dan metal furniture 3,85%. Naiknya permintaan produk mebel dan kerajinan dari AS, kata Sobur merupakan pengaruh dari kebijakan stimulus fiskal yang berdampak positif terhadap peningkatkan pendapatan rumah tangga dan mendukung pengeluaran masyarakat yang berkelanjutan untuk semua barang, termasuk impor mebel dan kerajinan.

‘’Selain itu adanya kekurangan pasokan mebel dari Tiongkok dampak trade war memaksa AS melakukan shifting order ke negara diluar Tiongkok,antara lain, yaitu Vietnam, Mexico, Canada, Malaysia, Taiwan dan Indonesia,’’ucap Sobur.

Namun sangat disayangkan kata Sobur, adanya lonjakan permintaan tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh Indonesia akibat masih banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh para pelaku industri mebel dan kerajinan tanah air, seperti adanya kelangkaan kontainer dan terbatasnya space kapal yang mengaibatkan melambungnya biaya freight cost.

Selain itu adanya hambatan proses pengurusan Serifikat Laik Fungsi; serta beban biaya Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) terutama bagi pelaku UKM—telah mempersulit ruang gerak pelaku usaha industri ini untuk tumbuh dan berkembang. Masalah utama lainnya sebut Sobur adalah stabilitas harga dan pasokan kayu; kelangkaan bahan baku rotan yang disinyalir akibat maraknya penyelundupan; dan prosedur importasi bahan penunjang/ asesoris, antara lain hardware sepeti mur, baut, rivet, washer, nut, pin, clip, stamping part, turned part, dan lain lain dan juga kain tekstil.(Lili).

 

banner 468x60

Author: 

Related Posts

Comments are closed.