Alvin Prayudhi, Generasi Kedua yang Tekuni Bisnis Kerajinan Lampit Palembang

 Ekonomi

 

Owner sekaligus Direktur Marketing CV Celia Carpet & Interior, Alvin Prayudhi

PALEMBANG (Tilongkabilanews.id)– Pengusaha muda asal Palembang yang bergerak di industri pembuatan kerajinan mengaku dirinya sempat syok melihat etos kerja atau budaya kerja yang dilakukan para tenaga kerja di Indonesia. Bagaimana tidak syok atau kaget, ketika tenaga kerja yang bekerja di perusahaan CV Celia Carpet & Interior yang dirintis ayahnya, Djunaidi pada tahun 1986, mereka sudah siap-siap untuk pulang di waktu sebelum pulang. Padahal jam kerja masih satu jam lagi, sebelum mereka pulang kerja tepat waktu jam 16.00 WIB.

‘’Saya benar-benar kaget ketika menyaksikan karyawan di perusahaan yang dirintis ayah saya itu, mereka cepat-cepat mempersiapkan diri untuk segera pulang. Padahal masih waktu kerja, yaitu baru pukul 15.00 WIB. Sementara waktu pulang karyawan pukul 16.00 WIB,’’ ujar owner sekaligus Direktur Marketing  CV Celia Carpet & Interior, Alvin Prayudhi  ketika berbicang dengan Tilongkabilanews.id, Jumat (23/8/2024)/

Sebelum memegang kendali perusahaan, Alvin lebih suka bekerja di belakang layar dan tidak suka bertemu dengan banyak orang. Sikap seperti itu bukan tanpa alasan, karena  sebelum berkecimpung di perusahaan milik orang tua dan menangani bidang marketing di perusahaan tersebut, dia sendiri lebih tertarik berkarir di bidang yang berkaitan dengan teknologi informatika (IT).

Pria yang tertarik bekerja di bidang IT ini karena sesuai dengan ilmu yang didapatkan ketika kuliah di salah satu universitas di Perth, Australia. Di negara bagian di Benua Kangguru itu, Alvin sendiri pernah bekerja di salah satu perusahaan di sana, sehingga merasa betah dan asyik bekerja dan malas pulang kampung ke daerah asalnya di Palembang, Sumatera Selatan.

Karena desakan dari ibu kandungnya yang menyebutkan kalau ayahnya, yaitu Djunaidi sudah semakin sepuh dalam menjalankan bisnis perusahaannya dibidang pembuatan kerajinan karpet berbahan rotan, kayu, dan serat dari rumput laut, kulit pohon pisang, wool, dan katun. Setelah dinilai cukup mampu, Alvin diserahi tugas oleh orang tuanya untuk mengelola bisnis pembuatan kerajinan tersebut.

Walapun pada mulanya merasa berat untuk melanjutkan bisnis orang tuanya, karena tidak sesuai dengan keterampilan dan pengetahuan yang didapat di bangku kuliah, namun berkat bimbingan ayahnya, Alvin mantap untuk melanjutkan bisnis yang dirintis ayahnya agar lebih maju dan berkembang, Hal itu dilakukan Alvin, karena perusahaan kerajinan karpet itu menjadi sumber penghasil cuan yang diandalkan untuk membiiayai kehidupan keluarganya sendiri maupun para karyawan beserta keluarganya yang menggantungkan hidupnya di perusahaan tersebut.

Ini salah satu produk kerajinan  karpet ampit berbahan serat yang dibuat CV Celia Carpet & Interior

Alvin menceritakan awal kisah ayahnya, Djunaidi memulai bisnis kerajinan tersebut. Pada tahun 1986, ayahnya tertarik menjadi pengusaha kerajinan karena di Palembang banyak perajin yang membuat produk kerajinan lampit berbahan rotan.

“Banyaknya perajian lampit berbahan rotan itu membuat ayah saya meliriknya sebagai peluang bisnis yang menarik dan bisa menjanjikan keuntungan. Setelah mengamati peluang bisnis yang cukup menarik itu, ayah saya pun mencoba untuk mengekspor ke beberapa negara tujuan, yaitu Prancis, Belgia, Amerika Serikat, Turki, Singapura, Australia dan beberapa negara lainnya,’’ beber Alvin.

Namun ekspor produk kerajinan lampit berbahan rotan itu tidak berlanjut, karena  di tahun 1980-an ada kebijakan pemerintah yang menetapkan larangan atau pembatasan ekspor rotan, yang ternyata berdampak pada usaha yang dirintis Djinaidi.

Adanya larangan atau pembatasan ekspor rotan tersebut, ayah Alvin harus memutar otak lebih keras lagi agar perusahaanya tetap beroperasi dan bisa membayar upah karyawan dan keluarganya yang selama ini menggantungkan biaya hidupnya dari hasil pembuatan kerajinan lampit berbahan rotan.

Dengan dibantu timnya, ayah Alvin melakukan eksperiman membuat kerajinan lampit berbahan kayu. Bahan baku kayu solid itu dipotong-potong dengan ukuran kecil  dan selanjutnya dianyam menjadi sebuah produk kerajinan lampit.

Namun demikian, ayah Alvin tidak ingin hanya mengandalkan bahan baku kayu solid saja untuk dijadikan produk kerajinan lampit. Karena itu, pada tahun1990, dia pun mengembangkan varian baru dengan mengekplotasi bahan baku lain untuk dijadikan kerajinan lampit. Bahan baku yang dipilih perusahaan karpet, CV Celia Carpet & Interior, yaitu berupa bahan serat yang berasal dari rumput laut, kulit pohon pisang, wool, dan katun.

Produk kerajinan lampit yang dibuat CV Celia Carpet & Interior, ucap Alvin semua bahan baku yang digunakan merupakan ramah lingkungan atau berkelanjutan. Perusahaan ini tidak menggunakan bahan baku sintetis, melainkan semuanya alami, sehingga sangat digemari oleh konsumen global.

‘’Sampai saat ini produk kerajinan lampit yang dibuat CV Celia Carpet dan Interior sangat dsisukai para pembeli dari luar negeri. Alasan buyer membeli produk kerajinan yang dibuat perusahaan kami ini, karena ramah lingkungan dan pembuatannya hanya mengandalkan keterampilan tangan para pengrajin, bukan mesin. Selain itu juga produk yang dibuatnya pun rapih,’’ kataAlvin.

Alvin mengekspor produk kerajinan lampit ke Prancis, Belgia, Amerika Serikat, Singapura, Turki, Australia dan negara-negara lainnya. Namun dari sekian ekspor yang dilakukannya, tetap yang paling banyak pembelinya itu dari Amerika Serikat, sehingga ekspor ke negara ‘Paman Sam‘ itu yang lebih banyak.

Namun demikian, Alvin tidak mau mengabaikan pasar di dalam negeri. Artinya  CV Celia Carpet & Interior masih melirik pasar domestik ini bisa diandalkan sebagai pendulang cuan bagi perusahaan.

Ini produk kerajinan karpet lampit berbahan kayu yang dibuat CV Celia Carpet & Interior

‘’Produk kerajinan lampit yang kami buat ini 80 persen diekspor dan sisanya 20 persen untuk memenuhi kebutuhan di pasar dalam negeri. Sementara ini pasar dalam negeri ini  yang membeli produk kerajinan lampit buatan CV Celia Carpet & Interior kebanyakan dari Bali,’’ tuturnya.

Secara terus terang, sebagai generasi kedua dalam meneruskan bisnis ini tenyata tidak semudah seperti yang dibayangkannya. Karena selama ini, para karyawan itu lebih mau mendengar dan mengerjakan sesuau aturan yang diterapkan ayahnya, ketimbang dirinya. Namun demikian, bagi Alvin hal itu menjadi tantangan tersendiri dalam mengembangkan perusahaan yang diserahkan orang tua kepada dirinya.

Bagi Alvin sebagai generasi penerus di perusahaan itu, sekarang ini bagaimana perusahaan yang dikelolanya itu bisa lebih maju dari pendahulunya, yaitu ayahnya sebagai perintis dan pendiri CV Celia Carpet & Interior yang bergerak dibidang pembuatan produk kerajinan lampit semakin eksis.

Menurut dia, walaupun produk kerajinan lampit yang dibuatnya selama ini tidak mendapat persaingan yang berarti, tetapi tetap saja harus menghasilkan produk dengan tampilan desain terbaru.

‘’Bagi saya melakukan inovasi dengan menghasilkan desain terbaru itu sangat penting. Karena itu, bagi pelaku bisnis yang begerak di industri pembuatan kerajinan maupun mebel harus berani menampilkan inovasi desain terbarunya. Kemampuan melakukan inovasi  dalam membuat desain tebaru dan menarik menjadi kunci utama untuk kelangsungan bisnis. Karena dengan kemampuan menghasilkan inovasi desain terbaru itu akan menjadi daya tarik tersendiri bagi buyer untuk membeli produknya,’’ imbuh Alvin.

Di akhir perbincangan dengan media Alvin mengemukakan, agar perusahaan industri kerajinan maupun mebel tersebut bisa terus berlanjut untuk diteruskan oleh generasi berikutnya, pengusaha generasi pertama itu harus menjelaskan kepada anaknya sebagai pewaris perusahaan secara jelas. Maksudnya generasi pertama sebagai perintis bisnis kerajinan maupun mebel tersebut memberikan pemahaman kepada putra-putrinya terkait prospek atau peluang dan tantangan bisnis yang ada di industri kerajinan dan mebel.

‘’Selain itu coba ajak putra-putrinya yang akan jadi penerus bisnis orang tuanya itu untuk mengunjungi pameran kerajinan maupun mebel. Tujuannya agar mereka semakin terbuka, kalau menekuni bisnis di industri kerajinan maupun mebel bisa diandalkan sebagai penghasil keuntungan untuk kebutuhan hidup dan masa depannya,’’ pungkas Alvin. (Lili)

banner 468x60

Author: 

Related Posts