JAKARTA (Tilongkabilanews.id)— Abie Abdillah,pria lulusan Desain Produk dari Institut Teknologi Bandung (ITB) telah lama jatuh cinta pada material rotan. Alasan Abie Abdullah mencintai rotan, karena material yang sering digunakan sebagai bahan baku itu mampu merepresentasikan budaya Indonesia dalam bentuk furnitur yang artistik.
“Rotan itu unik, lentur tapi kuat. Untuk itu kenapa saya jatuh cinta untuk mendalami rotan? Karena material rotan ini menjadi andalan dalam berbagai rancangannya. Bagi saya sendiri rotan punya karakteristik yang bervariasi tergantung dari daerah asalnya, dan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pecinta desain di dalam maupun luar negeri,’’jelas Abie Abdulah yang kini dipercaya sebagai Ketua Bidang Pengembangan Desain Mebel DPP HIMKI (Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia) ketika berbincang dengan wartawan Tilongkabilanews.id, Minggu(3/11/2024).
Pria yang punya hobi design, football & philosophy tersebut mengawali kariernya yang sukses merancang Bench Pretzel, sebuah karya yang terinspirasi dari keindahan bentuk organik dan kesederhanaan material rotan. Bench ini menjadi ikon dalam perjalanan kariernya, sekaligus memberikan secercah harapan bagi industri rotan Indonesia yang saat itu sedang mengalami penurunan.
Dengan tampilan yang minimalis namun penuh karakter, Bench Pretzel mencuri perhatian di kalangan desainer nasional, dan tidak lama kemudian mulai dikenal di kancah internasional.
Pengakuan dari dunia internasional ini tidak lantas membuat pria yang menyukai warna favorit hitam itu lupa pada sosok yang dikagumi. Di dalam negeri, Abie sangat menghormati karya Prof. Imam Buchori Zainudin, sedangkan dari mancanegara, Naoto Fukasawa, desainer asal Jepang, menjadi inspirasinya.
Bagi pria yang memiliki filosofinya dalam berkarya harus mampu berfikir holistik, “the whole as more important than the sum of its parts” , kedua desainer tersebut memiliki kemampuan menciptakan desain yang ikonik dan fungsional, bahkan tak lekang oleh waktu.
“Karya-karya Pak Imam dari tahun 1960-1970 masih tetap indah dan bisa dinikmati hingga sekarang,” ungkap Abie
Kerja keras dan dedikasi Abie dalam mengeksplorasi karakter rotan dan membangkitkan citra furnitur Indonesia di mata dunia akhirnya terbayar. Salah satu pencapaian yang paling berkesan baginya adalah penghargaan Singapore Furniture Awards, penghargaan internasional pertamanya yang menandai awal perjalanan Abie sebagai desainer dengan reputasi global.
Sejak saat itu, namanya semakin dikenal di dunia desain, terutama melalui karya-karya yang dihasilkan di Studiohiji Artikraft, di mana ia berperan sebagai Principal Designer sekaligus R&D Manager. Bahkan, merek-merek besar seperti Vivere, Bika Living, hingga Cappellini asal Italia mengajaknya berkolaborasi.
Pada 2016, Abie berkesempatan memamerkan karyanya di Milan Design Week, salah satu ajang desain paling bergengsi di dunia. Kursi rotan bertajuk Lukis yang ia rancang berhasil mencuri perhatian, dan pada tahun berikutnya, karya ini diganjar penghargaan Good Design of The Year 2017 dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.
Dalam karya kolaborasinya bersama Bika Living, Abie Abdillah memang sempat seakan mengambil jeda dari ciri khasnya sebagai desainer furnitur rotan dengan mengeksplorasi perpaduan material lain, seperti kayu, metal, dan upholstery. Koleksi yang dihasilkan, seperti coffee table dan side table Sheya, lounge chair Cabana, serta console table Maze, menunjukkan sisi desain yang modern namun tetap menonjolkan aspek kerajinan lokal.
Dengan tetap mempertahankan identitas Indonesia dalam sentuhan material dan teknik pengolahan, Abie membawa karya-karyanya ke tingkat internasional, termasuk dalam ajang bergengsi Maison et Objet di Paris. Semangat Abie untuk terus mengembangkan diri tampak dari keinginannya mengeksplorasi material alam selain rotan, seperti bambu dan serat lainnya.
Salah satu inovasi yang ia hadirkan adalah lampu Gong, yang diciptakan dengan bantuan proses industrialisasi di Artikraft. Dengan memanfaatkan bambu tipis yang bersifat translusen, lampu Gong memberikan pencahayaan yang lembut dan unik, menciptakan kesan estetis yang berbeda dari furnitur pada umumnya. Pendekatan ini memperlihatkan kemampuan Abie dalam merespons perkembangan pasar sekaligus mengangkat material lokal ke taraf yang lebih tinggi.
Selain bambu, Abie juga mengembangkan lampion dengan memanfaatkan serat pelepah pisang, material yang mudah ditemukan di Indonesia namun jarang dieksplorasi dalam desain. Dengan penggunaan serat alami ini, Abie tidak hanya menciptakan produk fungsional dan indah, tetapi juga menunjukkan potensi besar sumber daya lokal dalam industri kerajinan. Karyanya menginspirasi pemanfaatan kekayaan alam Indonesia secara kreatif, memperkuat posisinya sebagai desainer yang tangguh, adaptif, dan berwawasan luas dalam industri furnitur.
Dengan segala pencapaiannya, Abie Abdillah tidak hanya mengangkat nama dirinya, tapi juga membawa harum industri furnitur Indonesia, menjadikannya inspirasi bagi para perajin dan desainer muda yang ingin berkarya dan membawa budaya lokal ke panggung dunia.
Pada kesempatan itu Abie pun mengajak para pelaku usaha mebel dan kerajinan nasional untuk melihat potensi besar pasar domestik. Ajakan untuk memanfaatkan potensi pasar domestik itu bukan tanpa alasan, karena pasar ekspor dan kerajinan yang dihadapi pelaku industri mebel dan kerajinan industri tantangannya semakin berat.
‘’Saya menyarankan kepada pelaku industri mebel dan kerajinan di Indonesia untuk “berani bertarung” dalam memperebutkan pasar di negeri sendiri,’’ucap Abie Abdullah.
Abie menambahkan lesunya pasar global dan tingginya biaya produksi membuat persaingan di tingkat ekspor semakin sulit. “Harapannya tentu ada dukungan dari pemerintah, tapi rasanya belum bisa diandalkan sepenuhnya. Sekarang, asosiasi harus mendorong anggotanya masuk ke pasar lokal, yang ceruknya masih besar,” ungkapnya, tanpa mengesampingkan peran pasar ekspor.
Abie Abdillah sendiri sebetulnya punya misi besar di bidang desain yakni membawa desain furnitur Indonesia ke panggung internasional, sebuah misi yang ia emban dengan penuh dedikasi. (Lili)